Tutut, Keong Sawah yang Gurih

Tutut yang gurih (Foto: Johan/Okezone)
Bundakata - Jakarta adalah pasar konsumen yang besar karena menjadi tempat berkumpulnya jutaan orang dari seluruh wilayah Indonesia sehingga banyak dijumpai berbagai menu kuliner yang dahulu hanya dijual di pasar lokalnya. Contohnya Asinan Bogor dan Es Dawet Ireng Purworejo. Menu kuliner baru yang coba ditawarkan adalah Tutut si keong sawah mungil.

Tutut biasa dimakan sebagai cemilan iseng di sore hari. Ukuran Keong sawah yang bercangkang rapuh berwarna hitam kehijau-hijauan ini cukup mungil, biasanya hanya sebesar jempol tangan tetapi ada kalanya ditemukan juga yang berukuran sebesar bola pingpong. Tutut banyak dijual di pasar tradisional.

Cara memasaknya cukup mudah yaitu hanya direbus sampai matang dengan diberi bumbu lada , daun salam, séréh, dan santan kelapa. Sebaiknya bagian ujung kerucut spiral tutut dipotong sedikit dengan pisau agar bumbu bisa meresap dan memudahkan saat dikonsumsi. Tidak perlu takut, cangkang rapuhnya dijamin tidak merusak mata pisau.

Cara makannya cukup unik yaitu cukup disedot seketika maka daging tutut akan keluar keluar dan siap dinikmati kelezatannya karena langsung masuk ke dalam mulut. Angin akan masuk melalui bagian buntut cangkang yang sudah dipotong. Anda juga bisa memakai tusuk gigi untuk mencukil daging empuk keong sawah ini.

Tutut (Bellamya javanica van den Bush) termasuk dalam kelompok Operculata yang hidup di perairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air, dengan aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawarawa, pinggir danau dan pinggir sungai kecil.

Konon si keong sawah ini menyukai daun pepaya. Pencari tutut cukup meletakkan daun pepaya yang di sawah pada malam hari, dan paginya tinggal memanen hasilnya karena daun itu sudah dipenuhi gerombolan tutut.

Tutut adalah sumber protein hewani yang murah meriah dan bergizi tinggi karena mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dengan kadar tinggi dan mineral, terutama kalsium. Berat daging tutut dewasa mencapai 4-5 gram per ekor. Selain makronutrien, tubuh tutut juga mengandung mikronutrien berupa oleh manusia.

Dahulu tutut biasa disajikan di saat bulan puasa Ramadhan di beberapa daerah di Jawa dan menjadi menu favorit anak. Kini dengan hadirnya menu tradisional Tutut di Jakarta maka anda tidak perlu pulang kampung untuk bernostalgia melepas kangen pada kuliner unik ini.

Eh, apakah hadirnya tutut karena saat ini menjelang puasa Ramadhan 2012 ya?

0 Response to "Tutut, Keong Sawah yang Gurih"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.